SELAMAT TAHUN BARU 2021 DAN HAB KEMENAG KE-75

Visi Baru di Tahun Baru*

Salman Rusdi, M.A.

Barangkali benar bahwa, tahun baru yang oleh sebagian orang dirayakan dengan penuh gegap gempita itu hanya soal pergantian tahun. Lebih tepatnya bertambahnya angka tahun. Bila hari ini kita masih berada di tahun 2020 dan di hari berikutnya sudah berada di tahun 2021 maka awal dimulainya tahun 2021 itulah kita menyebutnya sebagai tahun baru. Karenanya istilah ‘baru’ pada tahun baru menunjukkan adanya awal dari tahun yang akan dijalani setelah meninggalkan tahun sebelumnya yang sudah dilalui.

Dalam setiap perayaan tahun baru, baik tahun baru Hijriah, Masehi dan tahun-tahun baru lainnya, terdapat jalinan antara masa yang sudah terlewati dengan masa yang akan dilalui, masa lalu dan masa mendatang, masa yang sudah dan masa yang akan. Dua jalinan masa ini keberadaannya sangat problematis dalam kehidupan manusia. Artinya, di dalam jalinan dua masa itulah manusia bertaruh untuk menentukan apa dan bagaimana seharusnya ia menjalani kehidupannya.

Al-Qur’an memberikan seruan yang sangat indah mengenai jalinan dua masa ini. Mari kita lihat firman Allah Swt,

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرٌۢ بِمَا تَعْمَلُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaknya setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan,” (QS. Al-Hasyr : 18).

Dalam studi Ulumul Qur’an disebutkan, bila suatu ayat diawali dengan kalimat seruan seperti Yá ayyuhalladzína ámanú.., hai orang-orang yang beriman, itu menandakan ada berita yang sangat penting dan urgen untuk diperhatikan. Dan faktanya memang demikian. Ayat di atas mengandung perintah akan pentingnya manusia memperhatikan apa yang sudah diperbuatnya hari ini dan masa ‘lalunya’, di mana dalam konteks ayat ini masa yang akan menjadi masa lalu tidak lain adalah kehidupan dunia dan hari esok atau masa depan yang dimaksud adalah kehidupan akhirat.

Mengapa penting memperhatikan masalah ini? Sebab manusia pasti akan menjalani kehidupan di masa mendatang dan keberhasilan kehidupan di masa mendatang akan sedikit banyak ditentukan oleh kehidupan di masa lalu. Namun sayangnya, manusia seringkali mengabaikan pentingnya memperhatikan jalinan dua masa tersebut. Sehingga Allah Swt mengulang seruan-Nya untuk bertakwa sebanyak dua kali dalam satu ayat. Ketakwaanlah yang paling memungkinkan bagi setiap orang yang beriman untuk dapat menjalani kehidupannya di masa lalu dan masa kini dengan baik demi masa depannya yang lebih baik.

Dalam setiap momentum tahun baru, baik tahun baru Hijriah maupun Masehi, ada satu pertanyaan yang layak menjadi renungan bersama; apa visi hidup kita di tahun baru ini, apakah akan lebih baik, sama saja atau justru lebih buruk dari tahun sebelumnya? Hanya keimanan, ketakwaan dan amal salih yang dapat membantu mewujudkan visi hidup kita bahwa tahun ini bisa lebih baik dari tahun sebelumnya.

Demikian pula hanya komitmen untuk memberikan yang terbaik yang dapat mewujudkan bahwa di tahun baru ini kita dapat menjalankan tugas dan pekerjaan kita lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Selebihnya mari berdoa, semoga kita tidak termasuk manusia yang dikategorikan sebagai orang-orang yang berada dalam kerugian karena kurangnya amal salih, kurangnya profesionalitas, lemahnya iman, rapuhnya takwa.

—————————————

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *