Pada kitab Tafsir Ibnu Katsir terdapat keterangan berikut, dinamakan bulan Muharram karena bulan tersebut memiliki banyak keutamaan dan kemuliaan, bahkan bulan ini memiliki keistimewaan serta kemuliaan yang sangat amat sekali dikarenakan orang arab tempo dulu menyebutnya sebagai bulan yang mulia (haram), tahun berikutnya menyebut bulan biasa (halal).

Di antara bulan-bulan yang telah ditetapkan, ada empat bulan yang dinamakan dengan bulan haram. Artinya, tidak melakukan keburukan, jangan bermaksiat: mabuk, judi, zina, dll, (HR. Al-Bukhari 3197). “Dalam kebiasaan budaya Arab, nama bulan dan tahun, biasanya didasarkan pada kejadian yang berlangsung di masa itu,Orang Arab tempo dulu yakin bahwa bulan Muharram merupakan bulan suci sehingga tidak layak menodai bulan tersebut dengan peperangan, sedangkan pada bulan lain misalnya shafar, diperbolehkan melakukan peperangan. Nama shafar sendiri memiliki arti sepi atau sunyi dikarenakan tradisi orang arab yang pada keluar untuk berperang atau untuk bepergian pada bulan tersebut. Hijrah memiliki arti berpindah dan beralih tempat. Namun, hijrah memiliki makna yang lebih dalam yaitu suatu komitmen yang dibangun oleh kesadaran hati nurani dan spriritual untuk berpindah ke dalam keadaan yang lebih baik yang dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT. ” kata ustadz Adi Hidayat dikutip dari akun YouTubenya pada Selasa 10 Agustus 2021. Pria yang akrab disapa UAH itu menjelaskan, bulan Muharram bisa bermakna atau merupakan sebuah waktu dimana setiap manusia untuk dapat meninggalkan semua hal yang dilarang oleh Allah SWT.

Bulan Muharram juga disebut sebagai syahrullah al Asham yang berarti Bulan Allah yang sunyi. Maka selain dilarang berperang, umat Muslim dianjurkan untuk menjalankan amalan-amalan baik, salah satunya adalah puasa. Hal itu sebagaimana dalam hadits dari Abu Hurairah RA, ia menceritakan bahwa Rasulullah SAW bersabda:


أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ وَأَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلاَةُ اللَّيْلِ

“Puasa yang paling utama setelah (puasa) Ramadhan adalah puasa pada syahrullah (bulan Allah) yaitu Muharram. Sementara shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat malam.” (HR. Muslim).

“Ketika Nabi Muhammad SAW tiba di Madinah, beliau melihat orang-orang Yahudi berpuasa di hari Asyura. Beliau bertanya, ‘Hari apa ini?’ Mereka menjawab, ‘Hari yang baik, hari di mana Allah menyelamatkan Bani Israil dari musuhnya, sehingga Musa pun berpuasa pada hari ini sebagai bentuk syukur kepada Allah. Akhirnya, Nabi Muhammad SAW. bersabda, ‘Kami (kaum muslimin) lebih layak menghormati Musa daripada kalian.’ Kemudian, Nabi Muhammad SAW berpuasa dan memerintahkan para sahabat untuk berpuasa.” (HR. Muslim).

Peristiwa Penting dalam Sejarah 

Ibnu Hajar al-Asqalani dalam kitab Fathul-Baari menjelaskan asal muasal lahirnya penanggalan hijriyah. Sejarah kalender Islam diawali ketika Gubernur Abu Musa Al-Asyari mengirimkan surat kepada Khalifah Umar Bin Khatab pada tahun 17 Hijriyah yang mengungkapkan kebingungannya perihal surat yang tidak memiliki tahun. Pada masa itu, umat Muslim masih mengadopsi peradaban Arab pra-Islam dalam menggunakan penanggalan yaitu menuliskan sebatas bulan dan tanggal tanpa tahun di dalamnya.

Hal tersebut menyulitkan sang Gubernur saat melakukan pengarsipan dokumen. Melalui keresahan tersebut, muncullah gagasan awal untuk menetapkan kalender Islam. Menindak lanjuti surat dari Abu Musa al-Asy’ari, Khalifah Umar yang memanggil Ali bin Abi Thalib, Abdurrahman bin Auf RA, Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam RA, Sa’ad bin Waqqas, serta Thalhan bin Ubaidillah sebagai tim yang bertugas penyusunan kalender Islam.

Setelah tim disepakati, mulailah pembahasan mengenai penentuan tahun pertama. Sebagian ada yang mengusulkan dimulai di tahun Gajah, yaitu waktu kelahiran Nabi. Ada pula yang mengusulkan di tahun wafatnya Nabi. Ada juga yang mengusulkan di tahun pengangkatan menjadi Rasul, hingga opsi di tahun hijrahnya Rasulullah ke Madinah.

Usulan keempat yang disampaikan oleh Ali bin Abi Thalib lah yang disepakati sebagai awal tahun Islam yaitu ditandai dengan peristiwa hijrah Rasulullah dari Mekkah ke Madinah. Pendapat tersebut, dianggap sebagai peristiwa besar bagi Islam yang mana hijrah merupakan simbol perpindahan masa jahiliyah ke masyarakat madani.

Keputusan awal tahun telah disepakati, pembahasan selanjutnya adalah bulan pertama yang mengawali tahun Islam. Usulan bulan Rabi’ al-Awwal diajukan sebagai awal bulan untuk memulai tahun. Hal ini dikarenakan Rasulullah hijrah lada bulan tersebut. Akan tetapi, usulan ini ditolak. Khalifah Umar justru memilih bulan Muharram sebagai bulan pertama dalam susunan tahun Hijriyah. Pendapat ini didukung pula oleh Utsman bin Affan.

Alasan lain pemilihan bulan Muharram adalah meskipun hijrah dilakukan di bulan Rabi’ al-Awwal, akan tetapi permulaan Hijrah dimulai sejak bulan Muharram. Khalifah Umar mengatakan, wacana hijrah dimulai setelah beberapa sahabat membaiat Nabi, yang dilaksanakan pada penghujung bulan Dzulhijjah. Adapun bulan yang muncul setelah Dzulhijjah yaitu bulan Muharram. Oleh sebab itu, Muharram dipilih serta disepakati menjadi bulan pembuka dalam tahun Hijriyah.

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *