Oleh: Salman Rusydie Anwar*
Ketika rumah ibadah sudah dijadikan tempat untuk membunuh, dimana lagi sudut yang aman untuk berlindung? Pertanyaan itu tak pernah terjawab. Dan kini, dunia dibuat kaget dengan beredarnya sebuah video yang memperlihatkan seorang pemuda asal Mali, Aboubakar Cisse, meregang nyawa saat tubuhnya dihujani puluhan tusukan saat berada di sebuah masjid di Prancis.
Cisse masih muda. Usianya baru 20 tahun saat seseorang dengan keji menikam tubuhnya sambil merekamnya, menikmati sekarat yang ia hadapi menjelang detik-detik ajal merenggutnya. Apa salah Cisse, dan kenapa ia yang harus ‘terpilih’ sebagai korban? Tak ada yang tahu atau setidaknya penyelidikan masih dilakukan untuk menemukan jawaban atas pertanyaan itu.
Tapi kejadian itu tetap saja menyimpan ironi. Prancis, seperti yang kita tahu, adalah kiblat bagi seluruh dunia dalam soal mode. Akibat kejadian itu, Prancis dengan Ibu Kota Parisnya yang penuh cahaya gemerlap itu seperti menyimpan sisi lain yang gelap dan menakutkan. Menara Eiffel yang kuat tinggi menjulang dan konon dibangun untuk menjadi symbol kemajuan Prancis di mata dunia seakan memperlihatkan bagian lain dari dirinya yang ‘keropos’.
Cisse barangkali adalah sebentuk pengecualian dari arus mode yang terus bergeliat di tanah Prancis. Saat mata warga dunia tertuju pada trend mode terbaru, pada hingar-bingarnya dunia para artis yang sibuk dan sumpek mempertaruhkan popularitas dan eksistensinya dalam balutan mode dan catwalk, ternyata ada sosok Cisse yang memilih kesunyian sebagai cara paling tepat untuk bertahan.
Tapi Cisse adalah seperti kita semua. Dia tidak benar-benar aman sebagaimana kita pun tidak bisa menjamin selamanya tidak akan diincar oleh kejahatan. Selalu ada ‘musuh’ di luar diri kita meskipun musuh paling keji sebenarnya bisa muncul dari dalam diri kita sendiri. Dalam mulut musuh-Mu, tiada satu pun yang benar.” Demikian tulis Sutung Umar RS dalam puisinya, begitu hatinya amat jahat, kerongkongannya seperti kubur terbuka, lanjut Sutung.
Di belahan bumi yang lain banyak ‘Cisse-Cisse’ yang juga sengaja ditumbangkan. Genosida di tanah Gaza Palestina salah satunya. Sebagian dari warga tanah para rasul itu memang tidak ditikam. Namun mereka yang hatinya amat jahat itu justru melakukan sesuatu yang tak kalah keji dari penikaman karena membiarkan ribuan orang semakin kesulitan menemukan sudut yang aman untuk berlindung menyemaikan harapan-harapan untuk hari esok mereka.
*Penulis adalah kontributor freelance MAN 4 Kebumen